Oleh : Pangeran Putra Jagat
Andai saja setiap insan berhati damai, tiada sengketa antara sesama pribadi, tiada
sengketa antara sesama saudara plus saudari, tiada kemelut antara suami istri, tiada
rebutan anak kandung atau anak tiri, sesama tetangga jadi lestari, tiada hati terlukai, tiada
saling mengkompori, tiada saling mengadu dombai, tiada capek mencari kambing hitami
atau kambing diputihi, sesama kambing pun tiada menanduki, katakpun tiada terinjaki,
ayam jantan hitam pun bebas ditumbali, pastilah mistik santet hitam comberan enyah dari
bumi jagat ni, meriam bom artileri pasti dinon aktifi, afganistan pun pasti dikasihani, Iran
Iraq tidak diadu domba lagi, minyak arab pasti jadi kembali bersemi, para gunung pasti
redup tidak berapi, sunami hanya jadi mimpi, longsor tidak akan menghimpiti, banjir
bandang hanya akan jadi ilusi, gempa jagat pasti berubah jadi gempa pribadi, lumpur
bumi pasti berhenti meludahi, hutan pasti ditanami lagi, madu lebah kembali jadi idola
terapi tradisional anak negeri, hati jadi sejuk tampak pada wajah diceriahi, senyum pun
jadi indah sekali walau tanpa gigi. Huwihihihiii begitu kata hati ni, jika dikau tidak
percayai, daku tak perduli, qalamku tetap oret-oreti situs ni sesuai hidayah yang daku
dapat dari Ilahi Robbi, karena daku bukan kesyetani, syettan !!!…….
Oooh betapa indahnya perdamaian, namun hanya dimiliki oleh insan berhati damai,
bukan hati penuh iri dengki sombong diri. Jika damai, hati pasti jadi sejuk, fikiran jadi
tenang terang benderang. Damailah jagatku !!!……, damailah duniaku !!!……, damailah
duhai semestaku !!!……, jangan dengarkan suara sumbang dari mereka yang serakah
durjana nan si raja tega membiarkan sesama porak poranda dalam derita nestapa. Dikau
lihat ulah tangan serakah? Dikau tahu akibatnya? Ulah tangan serakah itu berakibat derita
nestapa dunia, kelaparan, kemiskinan, keributan, stress berkepanjangan, virus baru
bermunculan, volusi udara, banjir, gempa, longsor, invasi jin berlebihan, penghancuran
massal, pembunuhan, pencurian, penodongan, perampokan, pembakaran dan pergeseran
nilai-nilai moral positif ke negatif. Para syetan bin iblis tepuk tangan, jika dikau serakah,
karena dikau tercatat sebagai Zundulus Syayathin (tentara/pasukan/jama’ah dan anggota
syetan). Setelah dikau jadi anggota syetan, dikaupun lambat laun jadi syetan, para syetan
goibpun pensiun dan naik derajat jadi Tuhan di hatimu, tentulah bani syetan itu dikau
bangunkan istananya di benda-benda yang dikau cintai atau dikau bangunkan istananya
begitu megah di dadamu. Dari dada, bani syetan itu naik ke kepala, dadamu pun panas
selalu, kepalamu pun stress memburu nafsu, matamu selalu tampak merah bagai mustika
merah delima itu, kemudian bani syetan menyatu denganmu, tatkala dikau bertemu
denganku maka ku sebut dikau sebagai “Siluman” (setengah manusia dan setengah
syettan) huwahahahaaa syettaaan nyah kau !!!……. Huwaahahahaaa malem ini di kotaku
sedang hujan menderai, hiruk pikuk rintik hujan glontang glonteng di seng istanaku, di
kala ini aku cerita tentang hantu, siappa takut? hantu? Ah hantu-hantu bengak bisa apa?
Hantu-hantu bengak kan ndak sekolah? Iyakan? Buat apa takut bicara tentang hantu?
Yang penting buatku adalah “Asal bukan antum ajalah hantunya” karena antum yang
sedang baca oretan aku ni tidak pantas jadi hantu, jadi jangan berlagak jadi hantu di
depan situs blogg aku ni ya? Para hantu aja sekarang ni sedang bosan adu jotos, Loh kok
manungso gila jotos ya? Para hantu pada ketawa lihat manungso yang doyan jotosMAS
jotosan sesamanya, para hantu itu berkata : “hanyak mamaaak !!!….. Hanyaaak !!!…….”
Merekapun jadi penonton di kerumunan para manungso yang hobby berhanyak-hanyakan
(bersengketa). Itu sebabnya aku tidak bosan nulis tentang seruan perdamaian dunia, agar
para hantu-hantu itu jadi bungkam dan heran lihat kita manungso jagt ni bisa berdamai.
Hantu aja bisa damai sesama mereka, Loh kok kita manungso jagat ni susah sekali
berdamai? Bukankah damai itu indah? Iyakan? Damailah !!! Damailah jagatku !!!…
Agar hatimu jadi damai. Begitu kataku, ingat itu !!!…….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar